Ucapan Selamat Natal Boleh Atau Tidak ?

 

Pertanyaan:

Fk – Kediri

Assalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillah, Allahumma sholli ‘alaa Muhammad ama ba’d

Ustadz saya mau bertanya apakah isi kandungan surat Al Maidah :82 karena dalam suatu buletin yang bernama CERMIN (Cerdas Militan Independen) di tempat saya disebutkan bahwa ayat tsb menjadi alasan diperbolehkannya mengucapkan selamat natal kepada kaum nasrani yang jika tidak salah diterbitkan oleh lembaga KAJIAN ISLAM SUNAN AMPEL.

Jazakumullah khoiron katsir

Wassalamu’alaikum wr wb

 

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Ada merupakan ciri dari syariat Islam untuk menghormati pemeluk agama lain serta memberikan mereka kebebasan untuk menjalankan agamanya. Bahkan Islam pun memerintahkan umatnya untuk hidup damai dan rukun dengan non muslim selama mereka memang menginginkan perdamaian (zimmi).

Kedekatan umat Islam dengan pemeluk nasrani memang sejak dahulu sudah terbangun. Dalm sirah nabawiyah bahkan kita menemukan bahwa shalat jenazah ghaib yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah SAW adalah untuk menyolatkan Raja Najasyi yang memerintah di umat nasrani. Semasa hidupnya, raja ini pernah memberikan perlindungan kepada umat Islam yang hijrah ke negerinya menghindari kejaran musyrikin Mekkah.

Berikutnya, ketika Rasulullah SAW hijrah ke Thaif dan disambut dengan sambitan oleh penduduknya, yang menolong beliau dan memberikan perlindungan adalah seorang pemeluk nasrani dari Ninawa.

Dan dahulu ketika Rasulullah SAW masih kecil diajak oleh pamannya Abu Thalib berniaga ke Syam, seorang pendeta nasrani bernama Buhaira telah berusaha untuk melindunginya dari kejaran pemuka ahli kitab (yahudi) dan menyarankan kepada sang paman agar keponakannya itu segera dibawa pulang ke Mekkah.

Dalam goresan pena sejarah berikutnya, kemesraan yang terjalin antara umat Islam dan pemeluk nasrani telah tertulis dengan tinta emas. Kita menyaksikan bagaimana Umar bin Al-Khattab menerima kunci Al-Aqsha dari pendeta nasrani yang secara penuh tsiqah (percaya) menyerahkannya kepada umat Islam. Bahkan agar tidak menyinggung perasan umat nasrani, Umar menolak untuk shalat di dalam Baitul Maqdis agar tidak disangka merubah tempat ibadah mereka menjadi masjid. Maka dibangunlah sebuah masjid baru di sampingnya dan terkenal dengan nama masjid Umar.

Juga ada kisah bagaimana Panglima Abu Ubaidah Ibnul Jarrah yang mengembalikan pajak penduduk nasrani ketika beliau merasa tidak mampu memberikan perlindungan kepada mereka.

Berikutnya, giliran Shalahuddin Al-Ayyubi yang telah memberikan kesempatan kepada tentara salib yang sedang kepayahan untuk merayakan natal di baitul maqdis. Sejarah kita punya sejuta kisah mesra dengan pemeluk nasrani. Ini lantaran umat Islam tahu dan mengerti betul ayat yang Anda tanyakan.

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.(QS. Al-Maidah : 82).

Namun tak satu pun dari sejarah itu yang mengisahkan bahwa umat Islam ikut-ikutan dalam perayaan ibadah mereka. Termasuk ikut memberikan selamat (tahniā€™ah). Tak satu pun catatan sejarah itu menceritakannya. Mengapa ?

Karena umat Islam selama ini tahu bahwa ada garis pemisah yang teramat terang yang membedakan antara toleransi beragama dengan mencampur-adukkannya. Ikut merayakan natal dan memberikan ucapan selamat natal adalah bagian dari mencampur urusan aqidah dan ibadah. Lantaran perayaan natal itu merupakan iabdah ritual mereka. Sehingga bukan pada tempatnya untuk memberi selamat atas ibadah ritual mereka dan diharamkan buat umat Islam untuk menghadirinya.

Sedangkan ayat yang Anda sebutkan itu sudah dijalankan dengan baik oleh umat Islam. Tentunya sama sekali tidak mengandung makna untuk memerintahkan menghadiri perayaan natal dan memberi ucapannya. Karena kalau sudah sampai pada titik itu, ada ayat lain yang melarangnya. Ayat itu adalah surat Al-Furqan yang menceritakan tentang sifat ciri-ciri hamba Allah.

Dan orang-orang yang tidak menghadiri Az-Zuur, dan apabila mereka bertemu dengan yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui dengan menjaga kehormatan dirinya.(QS. Al-Furqan : 72).

Oleh sebagian ahli tafsir, makna ayat ini bukanlah bersaksi palsu, namun maknanya adalah menghadiri Az-Zuur. Ketika ditanya makna Az-Zuur, jawabannya adalah perayaan atau ibadah orang-orang musyrik. Natal adalah ibadah ritual dan merupakan shalat-nya pemeluk nasrani. Sehingga kita diharamkan menghadiri ibadah itu termasuk dilarang mengucapkan selamat atas ibadah yang mereka lakukan.

Semua itu lepas dari urusan bahwa mereka menyekutukan Isa as sebagai anak Tuhan, juga lepas dari urusan trinitas, juga lepas dari urusan bahwa mereka berperang atau berdamai dengan kita. Artinya, meski seandainya ada sekelompok sekte nasrani yang tidak menihankan Nabi Isa as dan tidak mentrinitaskan beliau, tetap saja kita diharamkan menghadiri natal itu. Karena masalahnya adalah natal itu merupakan ritual ibadah agama lain. Disinilah titik permasalahannya. Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.