Tipe Orang Tua

 

Oleh : Sabrur R Soenardi

Peran orang tua sangatlah prinsip dalam ajaran Islam. Dalam sebuah riwayat, Nabi bersabda, ”Didiklah anakmu, karena mereka akan menghadapi zaman yang bukan zamanmu.” Sabda lain, ”Setiap anak lahir dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang akan menjadi penentu, apakah si anak akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Jelaslah bahwa peran orang tua dipertaruhkan, karena mereka sangat signifikan dalam menentukan masa depan anak-anak, baik di dunia maupun di akhirat.

Alquran, setidaknya, menamsilkan empat tipe orang tua berkaitan dengan sosok mereka. Tiap tipe itu akan sangat berperan dalam menentukan karakter anak-anak mereka di kemudian hari.

Pertama, tipe (pasangan) Nuh dan istrinya. Dalam tipe ini, sang ayah adalah seorang yang saleh, sedangkan sang ibu adalah manusia jahat dan kafir. Yang terjadi, anak cenderung mengikut kepada sang ibu. Kan’an, berada di barisan orang-orang kafir, penentang kenabian Nuh, bersama ibunya.

Kedua, tipe Firaun dan istrinya. Ia berkebalikan dari tipe pertama, sang ayah kafir dan pendosa. Sementara itu, sang ibu salehah dan Mukmin. Tam[aknya, anak-anak Firaun lebih condong meneladani perilaku sang ayah, sehingga dari generasi ke generasi, raja-raja penerus Firaun itu tidak berbeda jauh akhlaknya dengan sang ayah: kafir dan penentang kenabian.

Ketiga, tipe Ibrahim dan istrinya. Sang ayah saleh dan sang ibu salehah, Mukmin sejati, pembakti Allah paling utama. Oleh karena itu, anak-anak mereka mengikuti ayah ataupun ibu. Mereka sama saja. Walhasil, dari pasangan inilah lahir manusia-manusia mulia mutiara peradaban, yaitu Ishak dan Ismail. Garis darah mereka itu muasal Sayidul Anam, Rasulullah saw.

Keempat, tipe (pasangan) Abu Lahab dan istrinya. Berkebalikan dengan tipe ketiga. Baik si ayah, maupun si ibu sama kafir, durjana, dan pendosa. Keduanya pembenci dakwah menuju Allah, sehingga Allah mengutuk keduanya sebagai orang celaka.

Mereka kelak masuk neraka bersama-sama. Anak-anak mereka pun tidak jauh berbeda sosoknya: menjadi penentang kenabian Rasulullah, sehingga sangat tidak layak menjadi teladan bagi orang tua di mana pun di dunia.

Konon, para arif bijaksana mengatakan bahwa bangsa adalah laksana sebuah keluarga: keluarga besar. Pemimpin bangsa itu ibarat orang tua, penanggung jawab kelangsungan hidup anak-anak mereka.

Jika demikian, kita tentu sangat berharap pemimpin kita adalah dari tipe pasangan Ibrahim dan istrinya. Kita berlindung kepada Allah, jika pemimpin-pemimpin kita adalah duplikasi dari tipe Abu Lahab dan istrinya. Celakalah kita, dunia dan akhirat!. Republika Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *