Tawassul Dan Iman Pada Hal Ghaib

 

Pertanyaan :

Yayok – Purwokerto

Bagaimana hukumnya berdoa dengan tawassul. Dan bagaimana cara kita beriman pada hal ghaib, terima kasih,

 

Jawaban:

Tawassul adalah perantara. Maksudnya adalah perantaraan dalam beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Allah SWT memerintahkan kita untuk bertawassul dalam beribadah. Firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS Al-Maidah: 35 )

Para ulama ahli sunnah sepakat bahwa wasilah atau sarana yang bisa dijadikan untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak lain adalah amal shaleh. Dan bukan merupakan sosok seseorang apalagi orang itu sudah mati. Karena orang yang sudah mati tidak akan bisa membantu mendekatkan siapa pun kepada Allah. Bahkan untuk dirinya sendiripun dia masih harus mempertanggung-jawabkan semua amalnya dihadapan Allah.

Islam tidak mengenal sosok orang yang menjadi perantara antara seorang hamba dengan Tuhannya. Allah sendiri sudah memerintahkan setiap manusia apabila menginginkan sesuatu dari-Nya, maka mintalah langsung kepada-Nya, bukan melalui siapapun selain dari Allah.

Karena Allah itu sangat dekat kepada hamba-Nya. Allah berfirman: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo‘a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(QS. Al-Baqarah: 186)

Karena itu bila kita mempunyai hajat, maka mintalah kepada Allah. Boleh menggunakan wasilah atau perantaraan yang berupa amal baik/shaleh. Seperti bersedekah, memberi makan anak yatim, menolong fakir miskin, membebaskan budak, melunasi orang yang terjerat hutang dan amal-amal shaleh lainnya. Amal shaleh yang ikhlas itu akan menjadi ‘perantara’ dikabulkannya hajat seseorang. Bukan dengan melalui arwah orang yang sudah mati atau kepada roh-roh tokoh-tokoh tertentu. Karena mereka itu tidak mampu menunaikan permintaan orang yang masih hidup. Bahkan perbuatan ini bisa membawa pelakunya ke dalam kemusyrikan.

Iman kepada yang Ghaib Allah menyebutkan bahwa diantara ciri orang yang bertaqwa adalah percaya adanya alam ghaib. Allah berfirman : Kitab (Al Qur‘an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur‘an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. Al-Baqarah: 2-4).

Bantuk percaya kepada alam ghaib bukan berarti boleh meminta-minta kepada makhluq halus, jin, syetan, iblis dan sebagainya. Ini pengertian percaya yang keliru. Percaya disini meyakini keberadaan dan eksistensi alam dan makhluq ghaib, termasuk surga, neraka, malaikat, alam kubur, alam barzakh, padang mahsyar dan seterusnya. Inti dari kepercayaan kepada semua itu tidak lain bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk mati dan masuk ke alam ghaib itu serta mempertanggung-jawabkan semua amal kita di dunia.

Sedangkan percaya pada adanya syetan dan iblis tidak lain tujuannya agar kita selalu minta perlindungan kepada Allah dari semua godaan makhluq-makhluq laknat itu. Serta selalu menjauhi bisikan mereka serta ajakan dan rayuannya. Kita percaya bahwa kita sebagai manusia, mudah diperdaya oleh makhluk itu. Karena itu kita wajib membentengi diri dan keluarga kita dari ‘serangan’ syetan dan iblis sesuai dengan petunjuk yang telah Rasulullah SAW ajarkan kepada kita. Dan percaya pada adanya malaikat tidak lainnya tujuannya adalah agar kita selalu merasa diawasi gerak gerik dan perilaku kita setiap saat. Bahwa para malaikat itu tidak pernah luput dari pengawasan serta selalu mencatat rekord potisif dan negatif sepanjang hayat kita. Bahwa para malaikat itu ada yang akan membantu orang-orang yang berjuang di jalan Allah, ada yang bertugas mencabut nyawa dan lain-lainnya. SyariahOnline

 

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *