Sahabat Umar Menghilangkan Kalimat Adzan ?
Pertanyaan:
Agus Abdullah – Depok
ustadz saya ingin bertanya apakah benar sahabat Umar bin Khatab menghilangkan lafaz adzan yang berbunyi: hayya ala khairil amal… mohon penjelasannya ….
Jawaban:
Kami tidak mendapatkan dalil yang jelas dan kuat tentang lafaz azan hayya ala khairil amal . Sebaliknya sejak awal disyariatkannya azan, lafaznya memang bukan hayya ‘ala khairil amal, tetapi hayya alal falah .
Dasarnya adalah hadits yang sampai pada derajat Hasan Shahih dari Abdullah bin zaid bin Abdi Rabbih yang bermimpi diajari azan dengan lafaz yang seperti selama ini kita dengar, yaitu lafaz hayaa ‘alal falah , bukan hayaa ‘ala khiaril amal . Hadits ini lumayan panjang dan diriwayatkan oleh banyak muhaddits seperti Abu Daud 499, At-Tirmizy 189, Ibnu Majah 706, ahmad 4/43 dan Ibnu Khuzaemah 370.
Hadits lainnya adalah dari Umar bin Al-Khattab ra.
Dari Umar bin Al-Khattab ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Bila muazzin melantunkan Allahu Akbar Allahu Akbar, seseorang mengucapkan Allahu Akbar Allahu Akbar . Dan ketika muazzin melantunkan asy-hadu An Laa Ilaaha illallaah, dia mengucapkan asy-hadu An Laa Ilaaha illallaah. Dan ketika muazzin melantunkan Asy-hadu Anna Muhammadan Rasulullah, dia mengucapkan Asy-hadu Anna Muhammadan Rasulullah. Dan ketika muazzin melantunkan Hayya ‘alash shalah, dia mengucapkan Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah. Dan ketika muazzin melantunkan Hayya ‘alal falah, dia mengucapkan Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah. Dan ketika muazzin melantunkan Allahu Akbar, seseorang mengucapkan Allahu Akbar. Dan ketika muazzin melantunkan Laa Ilaaha Illallah, seseorang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah di dalam hatinya, maka orang itu masuk surga. (HR.Muslim 385 dan Abu Daud 527)
Para Fuqaha : Lafaz (Hayya ‘Ala Khairil Amal) Tidak Punya Dasar
Al-Baihaqi telah meriwayatkan hadits yang mauquf tentang hal itu atas Ibnu Umar ra dan Ali bin al-Husein. Al-Baihaqi mengatakan bahwa lafaz hayya ‘ala khairil ‘amal tidak tsabit dari Rasulullah SAW. Demikian yang disebutkan dalam kitab Al-Majmu’ syarah al-Muhazzab karya Imam Nawawi pada bab azan.
Sedangkan Ibnu Hazam dalam Al-Muhalla menyebutkan bahwa lafaz hayaa ‘ala khiaril amal dalam azan adalah sesautu yang tidak punya dasar yang kuat dari Rasulullah SAW. Memang ada riwayat dari Ibni Umar dan Abi Umamah bin bin Sahal bin Hanif bahw mereka mengucapkan hayaa ‘ala khiaril amal dalam azan, namun keduanya tidak bisa dijadikan sandaran dalam beribadah selama berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
As-Suyuthi dalam kitab Asna Al-Mathalib Syarah Raudhu Ath-Thalib juga mengatakan bahwa lafaz itu dibenci, sebab berentangan dengan apa yang kita dapat dari Rasulullah SAW. Bahkan kita diingatkan untuk tidak melakukan bid’ah sebab semua ibadah yang berdimensi bid’ah itu tertolak. Pendapat beliau ini bisa kita lihat pada kitabus shalat bab 2 tentang azan dan iqamah.
Al-Qalyubi dalam Hasyiyahnya pun sependapat mengatakan bahwa lafaz itu dibenci (yukroh) untuk dibaca dalam azan.
Maka anggapan bahwa Umar ra adalah orang yang mengganti lafaz itu bukanlah anggapan yang tepat. Sebab sejak awal, lafaz itu bukan hayya ‘ala khairil amal, melainkan sejak awal memang hayya alal falah. Tidak ada yang diganti dan Umar tidak pernah mengganti apapun. Syariah Online