Pergaulan
Oleh : A Zaenal Musthafa Tafsir
”Tidaklah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan dari golongan mereka. Mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang keras. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-Mujaadilah: 14–15).
Allah Azza Waa Jalla tegas melarang hambanya berteman dengan setan karena, ”Barang siapa menjadikan setan sebagai teman, maka setan itu adalah seburuk-buruk teman.” (QS An-Nisa: 38)
Seseorang bisa tergelincir bergaul atau berteman dengan setan dalam arti sesungguhnya. Ia dengan sadar menjadikan setan sebagai pelindung, penolong, dan pendamping, serta pemberi kekuatan.
Pertemanan dengan setan bisa juga dalam wujud lain, yakni bergaul dengan mereka yang memperturutkan hawa nafsunya, gemar berbuat maksiat, dan hanya sibuk dengan urusan dunia semata selama hidup.
Ketidakhati-hatian dalam memilih teman akan menimbulkan akibat yang tidak sepele. Bertapa tidak! Seseorang itu, demikian sabda Rasulullah saw, akan mengikuti perilaku sahabat karibnya.
Oleh karena itu, hendaknya seseorang memperhatikan orang yang harus dipergaulinya. Teman yang tidak baik adalah ”virus keempat” setelah kelalaian menjaga pandangan, lisan, dan perut yang bisa merusak hati, bahkan merusak segalanya.
Ini akan berbeda dengan orang yang bergaul dengan mereka yang dekat dengan Allah. Pergaulan semacam ini akan senantiasa diwarnai tawashau bil haqqi wa tawashau bishshabr.
Mereka akan selalu berupaya saling tolong serta berharap teman-temannya menjadi baik dan semakin baik. Mereka tidak saling memosisikan diri menjadi beban satu sama lain, tetapi justru ingin saling meringankan. Mereka akan selalu berusaha agar sahabatnya semakin mulia dan semakin selamat di sisi Allah.
Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap lingkungan pergaulan. Jika saat ini kita tengah berada dalam lingkungan pergaulan yang sangat kotor dan buruk, mari segera kita tinggalkan. Mari kita hindari orang-orang lalai. Mari kita ingatkan mereka untuk menuju ke kebenaran.
Inagt, barang siapa bergaul dengan pandai besi, niscaya akan ikut bau bakaran, bahkan bukan tidak mungkin akan ikut terbakar sekalian. Akan tetapi, barang siapa bergaul dengan penjual minyak wangi, maka tidak bisa tidak, ia akan terpapar bau harum.
Salah memilih pergaulan berarti kita siap menyiksa dan membinasakan diri. Sebaliknya, bila bergaul dengan orang-orang taat, saleh, berakhlak mulia, dan jernih hatinya, maka kita akan memiliki sikap serupa. Republika Online