Nilai yang Lebih Mulia
Oleh : Fathimah Ahmad
Seseorang yang sudah menyatakan diri sebagai hamba Allah, maka ia mempunyai kewajiban untuk menaati perintah dan menjauhi larangan Allah. Bahkan dalam perbuatannya ia akan senantiasa mengutamakan nilai perbuatan yang lebih mulia. Ia akan mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya. Ia mau mengorbankan kepentingan; kesenangan; dan harta; bahkan keluarga; demi Allah, Rasul, dan jihad di jalan-Nya. Ia mampu mengorbankan keterikatannya terhadap siapa pun demi berjuang di jalan Allah dan menempatkan dakwah sebagai poros hidup.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita urutan nilai yang lebih mulia, dengan sabdanya, “Manakala kalian telah melakukan transaksi jual beli dengan cara ‘al-ienah dan kalian lebih memilih mengikuti buntut sapi, serta lebih rela dengan tanaman-tanaman kalian, sementara kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian, yang tidak akan dicabut-Nya sebelum kalian kembali kepada agama kalian”. Bahkan para sahabat Rasulullah dahulu telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana mereka mengisi kehidupannya dengan nilai yang lebih mulia.
Pada suatu hari Khalid bin Walid berkata, “Tidak ada suatu malam pun, tidak malam pengantin, tidak juga malam lahirnya anak laki-laki, yang dapat menandingi kegembiraanku daripada malam yang sangat dingin ketika aku dengan ekspedisi para mujahidin melakukan serangan fajar terhadap orang-orang musyrik”.
Begitu juga Qadli Baha’uddin bin Syaddad pernah mengatakan perihal Shalahuddin Al-Ayyubi ra, “Sungguh kecintaan Shalahuddin terhadap jihad benar-benar telah merasuk ke hati dan seluruh anggota badannya. Tidak ada yang dibicarakannya, kecuali jihad; tidak ada yang digagasnya, selain peralatan jihad; tidak ada yang diperhatikannya, melebihi pasukan jihadnya; dan tidak ada kecenderungannya, kecuali kepada orang yang senantiasa mengingat jihad dan mengobarkan semangat jihad. Demi kecintaannya kepada jihad fi sabilillah, ia rela meninggalkan keluarga, anak-anak, dan kampung halamannya, bahkan seluruh negerinya. Ia lebih puas tinggal di bawah naungan kemah yang diterpa angin dari kanan-kirinya”. Begitulah gambaran seorang muslim yang mempunyai tujuan hidup mencari rida Allah.
Saat ini, kita mempunyai banyak kesempatan untuk melaksanakan nilai yang lebih mulia, berjuang untuk mendakwahkan Islam, menyadarkan masyarakat, dan mengembalikan kejayaan Islam. Saat inilah kita bisa membuktikan seberapa besar kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya dengan bersama-sama menyatukan kekuatan, menghancurkan musuh-musuh Islam, dan menerapkan Islam secara sempurna, di bumi ini. Tiada kemuliaan, kecuali dengan Islam; tiada Islam, kecuali dengan penerapan syariat Islam; dan tiada penerapan syariat Islam, kecuali dengan daulah khilafah Islamiyah.
Wallahu ‘alam. Republika Online