Menyebarluaskan Salam

 

Oleh : Ahmad Kosasih

Suatu hari Thufail bin Ubay bin Ka’ab berkunjung ke tempat Abdullah bin Umar. Kemudian mereka pergi bersama-sama ke pasar. Di pasar, Abdullah putra Umar bin Khatab ini mengucapkan salam kepada siapa saja yang ditemuinya.

Pada hari lain, Thufail kembali mengunjungi rumah Abdullah bin Umar. Lalu, Abdullah mengajaknya pergi ke pasar lagi. Thufail berkata, ”Apa yang akan kamu lakukan di pasar nanti, karena kamu tidak akan membeli sesuatu, tidak akan mencari sesuatu, tidak akan menawar sesuatu, dan tidak akan duduk di pasar? Lebih baik kita duduk-duduk di sini dan berbincang-bincang saja.”

Abdullah menjawab, ”Wahai Abu Bathn (panggilan untuk Thufail karena mempunyai perut yang besar), kita pergi ke pasar untuk menyebarluaskan salam. Kita mengucapkan salam kepada siapa saja yang kita jumpai.”

Kisah singkat di atas merupakan satu teladan tentang kekonsistenan Abdullah bin Umar dalam mengamalkan ajaran Rasulullah SAW. Dalam kisah tadi, Abdullah lebih memilih pergi ke pasar untuk bersilaturahmi dan menyebarluaskan salam kepada banyak orang daripada hanya duduk di rumah. Menyebarluaskan salam akan menambah pahala dan saudara, sedangkan duduk berbincang di rumah belum tentu menambah pahala. Bahkan, bisa jadi akan menambah dosa, kalau membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Mengucapkan salam sangat dianjurkan dalam Islam. Ia merupakan tahiyatul Islamiyah, sapaan resmi para malaikat, para nabi dan rasul, serta para penghuni surga kelak. Allah SWT berfirman: ”Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, ‘Salaaman’, Ibrahim menjawab, ‘Salaamun’.” (QS Adz-Dzaariyat 24-25).

Dilihat dari artinya, memberi salam berarti memberikan doa, sehingga dinilai ibadah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memjawab salam dengan kalimat yang lengkap, walaupun orang yang memberikan salam tidak lengkap. Menjawab salam secara lebih lengkap merupakan suatu penghormatan kepada yang memberikannya. Allah SWT berfirman: ”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisaa 86).

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum beriman dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kamu mengerjakannya maka kamu sekalian akan saling mencintai? Yaitu, seberluaskanlah salam.” (HR Muslim).

Jadi, jelaslah mengucapkan salam bisa memperkuat jalinan silaturahmi, sehingga makin tumbuh rasa cinta di antara umat Islam. Kondisi bangsa Indonesia yang majemuk, perbedaan suku dan karakter yang cukup menonjol, adalah kondisi yang ideal dalam penyebarluasan salam. Sehingga, dengan salam kerukunan di antara penganut agama Islam bisa terjaga. Semoga. Republika Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *