Menebar Salam

 

 

Oleh : Muhammad Bajuri

Rasulullah saw bersabda, ”Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian sama sekali tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Sama sekali tidak dikatakan beriman, sebelum kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan, pasti kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim).

Secara bahasa salam artinya keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan. Sedangkan salam yang dimaksud dalam hadis di atas adalah kalimat assalamualaikum.

Rasulullah bersabda, ”Setelah Allah menciptakan Adam, Allah berfirman, ‘Pergilah dan ucapkan salam kepada mereka para malaikat yang sedang duduk. Kemudian, dengar, seperti apa salam mereka kepadamu. Sungguh itulah salam kamu dan juga keturunanmu.’ Adam berkata, ‘Assalamualaikum’. Para malaikat berkata, ‘Assalamualaika warahmatullah’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah saja, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan mengatur perlakuan manusia pada dirinya sendiri. Islam memerintahkan agar kita senantiasa menebarkan salam, kapan pun dan dimana pun, ketika bertamu ke rumah orang lain (QS An-Nur: 27), berkendaraan, berjalan, memulai pertemuan (HR Bukhari-Muslim), dan bahkan setiap kali bertemu dengan sesamanya (HR Abu Dawud). Menebarkan salam itu tidak cukup hanya dengan mengucapkan Assalamu’alaikum.

Namun, lebih dari itu adalah bagaimana keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan itu dapat diwujudkan. Di negara yang mayoritas penduduknya muslim ini, para pemimpinnya mulai dari yang teratas hingga yang terbawah selalu mengucapkan salam. Namun, mereka sepertinya tidak mau berusaha mewujudkan makna salam yang mereka ucapkan itu sehingga keselamatan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan menjadi barang langka. Padahal Allah SAW sangat membenci orang yang hanya pandai berucap, tetapi tidak mau mewujudkannya (QS Ash-Shaf: 3).

Untuk mewujudkan makna salam itu setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, beriman bahwa hanya hukum Allah yang mampu memberikan keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan. Kedua, usaha menerapkan aturan Allah itu secara menyeluruh melalui penerapan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan generasi-generasi terbaik sesudah beliau.

Jika dua hal itu dilakukan, maka Allah SWT berjanji memberikan kendali kekuasaan di bumi ini kepada orang-orang yang memiliki keimanan tinggi, meneguhkan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridai-Nya, dan mengubah keadaan yang penuh ketakutan ini menjadi keadaan aman sentosa (QS An-Nur: 55). Wallahu a’lam bish-shawab. Republika Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *