Membayangkan Allah SWT Ketika Sedang Shalat

 

 

Pernyataan:

Rama Andhika – Cirebon

Pak Ustadz Yth. Saya sering baca nasihat para Ustadz apabila kita ingin lebih khusuk dalam sholat agar membayangkan/menganggap seolah-olah kita sedang berhadapan dengan atau dilihat oleh Allah SWT. Dalam prakteknya saya merasa kesulitan, dan kalaupun bisa, yang terbayang seolah-olah Allah adalah seorang Raja yang besar dan gagah perkasa duduk diatas singgasana-Nya (Arasy) yang agung dan kaki-Nya persis berada di depan saya ketika bersujud kepada-Nya. Bagaimana hukumnya, bolehkah? atau ada cari lain yang menurut syariat lebih benar? Terimakasih atas penjelasan Ustadz. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jawaban:

Anda harus beriman kepada Allah SWT sebagaimana Allah SWT memerintahkan cara beriman kepada-Nya. Bukan dengan logika dan nalar kita semata. Dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT telah menjelaskan bahwa Dia itu tidak sama dengan sesuatu.

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.(QS. As-Syuro : 11)

Dan tidak ada satupun yang setara dengan-Nya(QS. Al-Ikhlas : 4)

Jadi kita diharamkan untuk membayangkan wujud Allah SWT, karena itu adalah perbuatan menyekutukan Allah SWT dan menyerupakan-Nya dengan sesuatu. Perbuatan itu adalah syirik aqidah yang fatal dan harus dihindari oleh setiap muslim. Allah SWT bukanlah sosok seorang raja yang duduk di singgasana besar seperti imajinasi para penyembah berhala dan dewa-dewa.

Sejak awal aqidah Islam telah memberikan imunitas dari kemungkinan keterperosokan ummatnya atas penyelewengan konsep tentang Allah SWT. Sehingga jangankan membangun berhala yang menyerupakan Allah SWT, sekedar membayangkan bahwa Allah SWT punya jasad dan mirip manusia (raja) pun sudah haram. Karena memang tidak layak bagi-Nya diserupakan dengan makhluq-Nya.

Jadi bagaimana membayangkan Allah SWT dalam shalat ? mungkin Anda bertanya seperti itu.

Jawabnya adalah balik tanya, siapa yang memerintahkan untuk membayangkan Allah SWT? Apalagi dalam shalat? Rasulullah SAW ketika mengajarkan tata cara shalat tidak pernah memerintahkan umatnya untuk membayangkan Allah SWT. Tidak di dalam shalat dan tidak juga di luar shalat. Yang diperintahkan adalah membayangkan atau memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah SWT, bukan tentang zat Allah SWT. Karena sekedar terlintas bahwa wujud Allah SWT itu begini dan begitu, kita sudah dosa dan melakukan syirik.

Di dalam shalat Anda hanya diminta untuk konsentrasi kepada apa yang Anda baca. Tiap ayat yang Anda baca harus Anda pahami dengan benar makna dan kandungannya. Tiap lafaz shalat yang Anda ucapkan harus Anda rasakan kedalaman pengaruhnya. Karena shalat itu merupakan dialog kita kepada Allah SWT. Jadi kita harus konsentrasi dengan yang kita ucapkan, bukan memikirkan wujud pisik lawan bicara kita. Lalu apa yang kita ucapkan malah tidak kita mengerti. Kalau seandainya lawan bicara Anda seorang manusia, lalu Anda bicara kepadanya tanpa mengerti apa yang Anda ucapkan lantaran Anda hanya memikirkan wujud pisiknya, pastilah orang itu akan marah atas sikap Anda.

Jadi sekarang pe-er Anda adalah menghafal makna dan mendalami lafaz-lafaz shalat yang Anda baca. Baik surat Al-fatihah, ayat lainnya maupun bacaan ruku’ sujud, i’tidal, duduk antara dua sujud, qunut dan tahiyat. Konsentrasilah pada apa yang Anda baca. Disitulah titik kekhusyuan shalat Anda.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.Syariah Online

 

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *