Pertanyaan :
Slamet – Depok
Dalam konteks agama kita memahami hal-hal yang lahiriah dan batiniah. Dan dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat dikotomi lahiriah dan batiniah. Dan kita kebanyakan lebih cenderung lebih banyak menekuni yang lahiriah dibanding yang batiniah.
Pertanyaan saya adalah: 1. Kenapa harus terjadi dikotomi seperti diatas ?. Contohnya banyak masyarakat kita yang cenderung menjauhi hal-hal yang ghaib. Dalam konteks ini, bagaimanakah sebaiknya peran ulama? 2. Apakah bukan hal-hal bersifat lahiriah dan batiniah harus sejalan ?
Jawaban:
Penyebab paling umum dari penyimpangan paham dalam tubuh umat Islam adalah tidak jelasnya konsep pemahaman Islam secara syamil mutakamil. Artinya pendidikan agama kita kurang terarah pada pembentukan wawasan bahwa Islam itu adalah sebuah konsep integral yang meliputi semua aspek kehidupan.
Akibatnya, banyak dari komponen umat yang tumbuh sendiri-sendiri di dunia masing-masing. Mereka yang asyik dengan segala yang lahiriyah, sibuk dan tenggelam dengan segala kelahiriyahannya. Dan sebaliknya, mereka yang asyik dengan dunia batiniyah, juga terlalu serius dengan kebatiniyahannya. Bila fenomena ini berlangsung terus hingga melewati masa pergantian generasi, wajarlah bila pada generasi berikutnya, muncul pengkotak-kotakan ajaran Islam yang lebih jauh.
Fenomena ini sering dicontohkan dengan rombongan orang buta yang ingin mengenal gajah. Yang satu pegang kakinya dan berkeyakinan bahwa gajah itu ibarat pohon kelapa, bulat dan tinggi. Yang lain memegang telinganya dan berkeyakinan bahwa gajah itu binantang yang lebar dan pipih seperti kipas. Yang lain lagi memegang perutnya dan berkeyakian bahwa gajah itu bulat dan besar. Yang terakhir memegang gadingnya dan mengatakan bahwa gajah adalah binatang yang mirip tulang atau tanduk kerbau.
Semua berkata sesuai dengan persepsi subjektif masing-masing. Sampai batas itu sebenarnya belum menjadi masalah, selama masing-masing masih mau berdialog dan mendiskusikan serta saling bertukar informasi.
Salahnya adalah ketika egoisme sempit dan fanatisme buta merasuki mereka dan dengan congkak satu sama lain saling menyalahkan dan saling mengingkari. Kemudian diperparah ketika masing-masing mulai mengkader pengikut dan mendoktrin para kader fanatiknya dengan informasi yang keliru. Lalu lahirlah para kader yang hanya dpaat informasi sepotong-sepotong dari kumpulan orang buta yang tidak pernah melihat bentuk gajah yang sesungguhnya.
Lalu terjadilah silang sengketa antar sekian banyak kekuatan yang menghabiskan begitu banyak tenaga, energi, waktu dan bahkan terkadang harus menelan bulat-bulat kemesraan dan keharmonisan antara sesama muslimin.
Yang sangat menyakitkan, keributan itu dipicu oleh informasi yang tidak jelas dan tidak objektif. Seandainya mereka membuka mata dan melihat dengan jelas seluruh tubuh gajah itu, pastilah mereka akan akur lagi dan saling mentertawakan diri masing-masing.
Islam itu adalah agama yang syamil yang melingkupi semua fenomena kehidupan. Allah berfirman :
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab , kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-an`am : 38)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208).SyariahOnline