Kesaktian Semua Adalah Ulah Jin ?

Pertanyaan :

Priyono Abdussalam – depok

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pak Ustadz Yth, singkat saja nih, kalau saya membaca di forum konsultasi ini, semua kesaktian atau keajaiban yang dimiliki oleh seseorang menurut pendapat pak Ustadz hanya ulah Jin/Syetan. Apa tidak mungkin Allah SWT memberikan suatu kelebihan/kesaktian kepada hambanya yang dikehendaki, contohnya para Wali (jamannya Wali Songo), kan mereka semua rata punya kesaktian dan apakah itu juga ulah Jin. Mohon penjelasannya pak Ustadz, sukron.
Wassalam

Jawaban:

1. Cerita Yang Tidak Bisa Dipertanggung Jawabkan Kebenarannya
Cerita tentang kesaktian para Wali Songo sebenarnya tidak punya landasan ilmiyah. Artinya kita tidak punya bukti otentik yang bisa dibenarkan dalam konsep yang ilmiyah bahwa mereka memang sakti mandra guna. Kesaktian yang kita kenal tentang mereka lebih merupakan cerita rakyat yang berasal dari riwayat tidak jelas. Atau dari produksi film nasional yang tujuannya sekedar menyedot penonton dan dihiasi dengan gambar wanita telanjang. Nauzu billah !!

Sebagai perbandingan, kalau kita letakkan dalam disiplin ilmu sanad dan riwayat dalam ilmu hadits, maka cerita tentang kesaktian para wali itu setara dengan hadits dho’if, kalau tidak mau dibilang hadits mursal atau hadits maudhu’. Artinya, sama sekali tidak bisa dijadikan landasan yang bisa diterima dalam kaitan dengan hukum.

2. Kesaktian Bukan Ciri Khas Penyebar Dakwah
Dan secara logika sederhana, tidak layak bagi para tokoh penyebar agama Islam itu memamerkan atau mendemonstrasikan ‘ilmu-ilmu kebatinan’ yang berada di luar dari mainstream ajaran Islam. Sosok mereka adalah para guru dan penyebar agama Islam, tentunya mereka mengajarkan aqidah yang benar, ibadah yang shahih dan akhlaq mulia. Tidak mungkin mereka mengajarkan ilmu silat, ilmu terbang, ilmu menghilang atau teknik merubah pohon jadi emas, apalagi cerita tentang Sunan Kalijaga yang bertapa di pinggir kali dan sejenisnya, maka semua cerita itu setara dengan kisah Israiliyat.

Kita tidak pernah mendengar Rasulullah SAW dan para shahabat mengajarkan ilmu kedigjayaan dalam melebarkan sayap dakwah ke Eropa, Asia dan Afrika. Begitu juga para tabiin, tabi’it-tabi’in dan generasi selanjutnya. Ketika cahaya Islam menyeruak jantung eropa dan mendirikan peradaban tertinggi di dunia, kita tidak pernah baca dalam catatan sejarah bahwa pembawa ajaran Islam itu pada jago silat, bisa terbang atau bisa menghilang. Juga tidak pernah bertapa di pinggir sungai atau melakukan pekerjaan munkar lainnya.

3. Karamah Terjadi Begitu Saja
Kalau pun ada orang shalih yang atas izin Allah SWT bisa terjadi hal-hal ajaib yang terjadi pada dirinya, maka sama sekali di luar kekusaannya. Namun pertolongan dari Allah SWT terjadi begitu saja sebagai kemuliaan yang Allah SWT berikan. Dalam bahasa arab, kemuliaan itu adalah karamah. Dan lidah melayu kita menyebutnya menjadi ‘keramat’. Tapi maknanya lantas mengalami pergeseran dari ‘pertolongan Allah SWT kepada hambanya yang shalih sebagai pemuliaan’ menjadi makna lain yaitu kesaktian, keajaiban dan kedigjayaan. Padahal keduanya jauh berbeda.

Ketika Nabi Musa dan kaum terpojok di bibir pantai laut Merah dikejar tentara Fir’aun, sama sekali beliau tidak pernah berpikir bahwa tongkatnya bisa membelah laut. Kalau pun saat beliau ketukkan ke laut, pastilah tidak akan membelah. Pada saat itu Allah SWT menyelamatkan hamba-Nya dan memerintahkan mengetukkan tongkat itu ke laut dan terbelahlah laut itu, sehingga beliau dan kaumnya bisa selamat sampai di seberang. Seandainya saat itu nabi Musa ‘iseng’ dan mengetukkan kembali tongkat ke laut, maka laut itu pun tidak akan membelah lagi. Semua terjadi begitu saja sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sama sekali tidak ada keajaiban yang dikuasai sepenuhnya oleh Nabi Musa atau tongkatnya.

Kalau seorang Nabi Musa yang pernah berbicara langsung dengan Allah SWT tidak punya keajaiban yang dikuasai sepenuhnya, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa para wali songo itu punya keajaiban yang sepenuhnya dikuasai. Kalaupun diantara para wali songo itu ada yang pernah ditolong Allah SWT karena keshalihan dan ketaatan mereka sehingga Allah SWT berkenan memberinya kemuliaan, maka sekali lagi bukan dalam bentuk kesaktian yang dikuasai sepenuhnya, tetapi berbentuk pertolongan Allah SWT pada saat itu yang diluar kemampuan sang wali sendiri. Artinya kalau sekali lagi mereka coba lakukan, pastilah tidak bisa.

Kesimpulan
Kalau ada orang mengaku shalih dan beriman dan mengatakan bahwa dirinya bisa melakukan hal-hal yang ghaib, ketahuilah bahwa dia bohong dengan imannya itu.

Namun bila ada orang shalih dan beriman, lalu pada suatu saat terjadi begitu saja hal yang diluar kemampuan akal manusia pada dirinya, tanpa dia merasa bahwa hal itu memang merupakan kemampuannya, maka hal itu sudah sering terjadi dan merupakan karamah dari Allah SWT. Contohnya adalah para mujahidin di Afghanistan seringkali melihat karamah seperti ini. Juga para pahlawan di negeri kita ketika menghadapi penjajahan bangsa salibis, sering kali mengalami kejadian yang luar biasa atas izin Allah SWT. Namun semua itu terjadi begitu saja tanpa pernah dikuasainya. SyariahOnline

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *