JIL Jaringan Iblis Liberal ?

 

Pertanyaan:

Itok – Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ustadz sekalian yang dirahmati Alloh, jika kita perhatikan, apa yang di hasung oleh manusia-manusia di tubuh JIL, mereka bukan lagi bahkan tak pantas lagi disebut sebagai muslim. Bolehkah kita berpendapat demikian…? dan bolehkah kita menyebut mereka dengan Jaringan Iblis Liberal….??? Atas penjelasan ustadz sekalian ana ucapkan jazakallah khoiron katsiro.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

 

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Status Kafir
Untuk mengkafirkan seorang muslim tidak boleh dilakukan dengan cara membabi buta. Perlu ada sebuah kajian yang mendalam, tuntutan dan penetapan pengadilan syariah atas apa yang mereka ajarkan. Dalam pengadilan itu, ideolog mereka dihadirkan dan ditanyakan secara jujur atas kesesatan mereka serta motif dan alasan penyimpangan itu. Kalau hakim dan saksi ahli menyimpulkan bahwa mereka memang telah keluar dari batas keislaman, maka mereka harus diberikan penjelasan yang sejelasnya-jelasnya atau kesalahan aqidah dan fikrah mereka itu.

Bila penjelasan itu sudah sampai, maka kepada mereka diminta untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Apabila sudah dilakukan semua proses itu namun masih keras kepala dan membangkang, maka pengadilan syariah berhak mengeluarkan fatwa tentang kemurtadan mereka. Dan sebagai orang yang telah ditetapkan sebagai murtad secara resmi, maka hukum yang berlaku adalah hukuman mati.

Hal itulah yang dahulu dilakukan di zaman Abu Bakar ketika sebagian kelompok arab membangkang mengingkari salah satu rukun Islam yaitu kewajiban zakat. Saat itu Khalifah menetapkan bahwa mereka itu murtad dan wajib diperangi secara pisik. Nyawa dan harta mereka halal hukumnya.

Hal yang sama juga pernah dilakukan di negeri ini oleh para ‘pemimpin’ dan ulama. Yaitu ketika Syekh Siti Jenar mengajarkan aqidah yang menyimpang dan keluar dari batas ke-Islaman, maka pengadilan formal Wali Songo saat itu menetapkan bahwa Jenar telah murtad dan untuk itu dia berhak dihukum mati. Maka dilaksanakanlah eksekusi terhadap Jenar yang telah menjungkir balikkan ajaran Islam.

Bila pengadilan syariat eksis pada hari ini, salah satu tugas mereka adalah mengadili para penyeleweng aqidah di negeri ini. Siapa pun mereka dan apapun jaringan yang mereka buat. Kepada mereka harus diadakan proses persidangan untuk didengar seberapa jauh penyimpangan aqidah mereka dan apa saja dalih yang mereka gunakan. Bila pengadilan syariat memutuskan bahwa aqidah mereka telah keluar dari batas keislaman, barulah saat itu diputuskan bahwa mereka telah murtad. Dan barulah saat itu khalayak berhak mengkafirkan mereka atas dasar putusan tetap dari pengadilan syariah. Dan tentu saja wajib dilakukan eksekusi hukuman mati kepada mereka.

Tapi selama belum ada pengadilan syariah seperti itu, maka tak seorang pun yang berhak untuk menuduh orang lain sebagai murtad, kafir atau keluar dari Islam secara hukum. Dan main tuduh sebagai kafir akan berakibat fatal.

Jaringan Iblis ?
Sebelum kita menggeneralisir, kita perlu juga menganalisa latar belakang dan memilah bagaimana bentuk penyimpangan dan latar belakangnya.

Diantara mereka ada yang nyeleneh hanya dilatarbelakangi sensasi dan berprinsip asal beda yang penting ngetop. Ada juga yang dilatarbelakangi ketidak-tahuan dan keluguan yang sangat. Ada juga yang inginnya dibilang ilmiyah, tapi salah gaul dan salah referensi. Tapi ada juga yang memang jadi pentolannya, dimana hati nurani mereka mengakui bahwa mereka ada dalam kesesatan tapi tidak peduli. Yang terakhir ini memang karakternya mirip dengan iblis. Yaitu tahu bahwa dirinya salah, tapi tidak peduli dan malah mengajak orang lain ikut sesat.

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah : 23)

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur .(QS. Al-A’raf : 16-17)

Dalam Al-Quran Al-Karim memang ada disebutkan bahwa iblis itu punya tentara atau pengikut.

Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat”, dan dikatakan kepada mereka: “Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?” Maka mereka dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya.(QS. Asy-Syura : 91-95)

Tapi disisi lain kita pun dituntut untuk berdakwah secara baik, simpatik, penuh hikmah dan mau’izhah hasanah. Kalaulah kita harus berdebat, maka lakukan dengan cara yang baik pula. Itulah inti dari dakwah sebagaimana firman Allah SWT :

Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-An-Nahl: 125)

Bagi seorang da’i, adanya kekuatan yang menyelewengkan ajaran Islam hingga mampu membuat jaringan merupakan sebuah tantangan untuk bisa melakukan prestasi dakwah yang jauh lebih berkualitas. Bukan sekedar melemparkan cacian dan makian semata. Tetapi kerja real dan berkualitas. Semoga dengan kelembutan dan ketulusan hati, kita bisa melumerkan hati-hati yang keras dan kesat.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. Ali Imran : 159)

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. Syariah Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *