I’tishom
Oleh : Mustamin
“Katakanlah Dialah Dzat Yang Maha Berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kamu dari atas atau bawah kakimu, atau dijadikan-Nya kamu menjadi beberapa golongan, dan sebagian mendatangkan bahaya kepada yang lainnya. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan keterangan-keterangan supaya mereka mengerti.” (QS Al-An’am: 65).
Ayat di atas secara jelas mengisyaratkan tentang jenis azab yang menimpa umat beragama. Baik yang datang dari atas, bawah, ataupun azab perpecahan yang datangnya dari dalam umat itu sendiri.
Ketika ayat di atas turun, Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat yang bobot keimanannya lebih berat dari Lembah Uhud, pergi ke masjid dan berdiri di mimbar seraya berteriak.
“Ingatlah wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu suatu ayat yang artinya, ‘Dialah Dzat Yang Maha Berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kamu sekalian dari atas, seandainya azab dari atas langit ini menimpa kamu, maka tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkanmu darinya. Seandainya terjadi gempa bumi yang membinasakan kamu, maka tidak ada seorang pun yang menyelamatkanmu darinya. (Atau dijadikannya kamu menjadi beberapa golongan yang bertentangan dan sebagian mendatangkan bahaya kepada yang lain), ingatlah sesungguhnya ini merupakan yang terburuk di antara ketiga azab tersebut’.”
Dalam konteks kehidupan berbangsa, perpecahan di kalangan umat hari ini sungguh memilukan. Terlebih lagi perpecahan itu hanya karena adanya kepentingan dan dominasi kekuasaan yang dilakukan oleh mereka yang berkuasa. Umat semakin jauh dari nilai-nilai yang mengajarkan kedamaian, kerja sama, dan kasih sayang. Sebaliknya, mereka saling cemooh, hina, merendahkan, dan menyakiti saudaranya sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, hadis Rasulullah itu setidaknya mengingatkan setiap individu, masyarakat, bangsa, dan negara agar menghindari hal-hal yang mengarah pada perpecahan. Sebab, semua persoalan kehidupan umat manusia mustahil akan dapat berjalan dengan baik, sementara perpecahan itu masih mendominasinya. Maka, tak ada jalan lain yang harus dilakukan setiap Muslim selain tetap I’tisom (berpegang teguh) pada tali Allah. Sehingga azab yang terburuk itu dapat terminimalisasi.
Sumber: Republika
I’tishom