Ilmu dan Amal

 

Oleh : AMir Faishol Fath
Diakui atau tidak, ilmu memang harus pada urutan sebelum amal. Seorang dokter harus berilmu dahulu, sebelum mengobati pasien. Ilmu yang benar akan melahirkan keselamatan. Ilmu yang salah akan menyebabkan kesesatan. Dalam QS 22:54 Allah berfirman, ”Agar orang-orang yang telah diberi ilmu itu meyakini bahwa Alquran itulah kebenaran dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang beriman kepada jalan yang lurus”.

Ayat ini menunjukkan bahwa dari ilmu akan datang iman, dan dari iman, ketundukan hati akan terlaksana. Dalam ayat lain (QS 47:19) disebutkan dengan nada perintah, ”fa’lam ‘ketahulilah’ bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan, melainkan Allah, dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuna”. Perhatikan kata ”fa’lam” didahulukan atas perintah beriman dan beramal.

Imam Bukhari dalam menyusun hadi sahih meletakan sebuah bab berjudul ”babul ilmi qablal qauli wal amal” ‘bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan’. Para ulama, ujar Bukhari, melihat ilmu sebagai syarat sahnya perkataan dan perbuatan. Banyak sekali orang yang ikhlas, tetapi karena kekurangan ilmu, mereka sering menganggap yang salah jadi benar, dan yang benar jadi salah, atau yang sunah jadi bidah dan yang bidah jadi sunah.

Anehnya mereka tidak merasa berbuat salah, seperti kata Alquran, ”Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi dalam perbuatannya? Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS 18:103–104).

Dalam QS 35:8 diceritakan bahwa setan mudah memengaruhi orang-orang yang tidak berilmu, sehingga ia menganggap perbuatannya–sekalipun salah–menjadi benar, ”Maka apakah orang yang ditipu itu untuk menganggap baik pekerjaannya yang buruk, sehingga ia meyakini bahwa pekerjaannya itu baik?”.

Rasulullah saw selalu berdoa, ”Ya Allah tunjukkanlah kami kebenaran sebagai kebenaran, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kebatilan sebagai kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya”.

Dalam doa ini Nabi memohon ilmu, lalu memohon kekuatan untuk mengamalkannya. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Minhajul Abidiin menyebutkan beberapa tangga yang harus ditempuh menuju Allah, dan tangga pertama adalah ilmu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan bahwa pelaku perbuatan tanpa dibekali ilmu, ia malah akan merusak, bukan memperbaiki. Republika Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *