Hati yang Tenang

 

 

Oleh : Didin Hafidhuddin

Dalam sebuah dialog dengan para sahabatnya, Rasulullah SAW bertanya, ”Apakah kalian menginginkan hati yang tenang dan terpenuhi kebutuhan hidup?” Para sahabat menjawab, ”Benar, kami menginginkannya.” Lalu Rasulullah SAW berkata, ”Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, berilah makanan yang sama dengan makananmu, maka akan tenang hatimu dan akan terpenuhi pula kebutuhan hidupmu.” (HR Imam Thabrani dari Abu Darda).

Hati yang tenang dan terpenuhi kebutuhan hidup merupakan dambaan setiap orang. Dengan hati yang tenang, seseorang akam mampu memecahkan berbagai persoalan hidupnya, betapapun kompleks dan berat masalah yang dihadapinya. Dengan hati yang tenang pula, seseorang akan memiliki optimisme dalam mencari dan mendapatkan rezeki yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hati yang tenang dan terpenuhinya kebutuhan hidup ibarat dua sisi pada satu koin, yang saling melengkapi dan menyempurnakan.

Berdasarkan hadis tersebut di atas, kedua hal yang sangat esensial dan penting itu dapat dicapai, antara lain dengan memperhatikan anak yatim. Memperhatikan makanan sehari-harinya, memperhatikan pakaiannya, dan memperhatikan pendidikannya.

Berkorban untuk kepentingan anak yatim yang sudah tidak memiliki orang tua yang menjadi tulang punggung keluarganya, apalagi dalam keadaan fakir miskin, adalah sama dengan menyelamatkan masa depan kehidupan mereka, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Beramal untuk kepentingan mereka merupakan amal shaleh yang akan bernilai abadi di hadapan Allah SWT.

Bahkan, dalam sebuah hadis shahih yang lain, Rasulullah SAW menyatakan, ”Aku akan bersama para pengurus anak yatim di surga nanti, seperti dua jari tangan (berdekatannya).” Sebaliknya, membiarkan anak yatim (terutama dari keluarga atau tetangga dekat) dianggap perbuatan dosa besar yang sama dengan mendustakan agama dan hari pembalasan, sebagaimana dinyatakan dalam QS 107: 1-3: ”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi bagian makanan pada orang miskin.”

Pada saat ini, akibat terjadinya berbagai musibah terutama musibah konflik di berbagai daerah, terenggut nyawa manusia dalam jumlah yang tidak sedikit dan telah menyebabkan jumlah anak yatim semakin bertambah banyak. Karena itu, seluruh kaum muslimin yang mampu hendaknya memiliki kepekaan dan tanggung jawab yang semakin tinggi untuk menyisihkan sebagian hartanya bagi kepentingan anak-anak yatim tersebut.

Mudah-mudahan ketenangan hati dan terpenuhi kebutuhan hidup akan kita raih bersama. Amin. Wallahu A’lam bi ash-Shawab. Republika Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *