Fir’aunisme

 

Oleh : Rizka Maulana

”Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashas: 4)

Melalui ayat ini, Allah SWT menjelaskan ada empat sifat yang melekat pada diri Firaun. Pertama, perbuatan sewenang-wenang di bumi. Firaun adalah penguasa yang memiliki kekuatan dan kekayaan besar, tidak ada yang menandingi kekuasaan itu pada masanya.

Oleh karena itu, ia merasa berhak untuk mengatur, mengurusi, dan bahkan melakukan apa saja sesuka hati, walaupun seluruh manusia di dunia ini menentangnya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengemukakan bahwa sewenang-wenang di muka bumi memiliki tiga arti, yaitu sombong, pemaksaan kehendak, dan pelampauan batas. Itu semua melekat pada Firaun.

Kedua, pemecahbelahan penduduk bumi. Pemecahbelahan merupakan taktik paling efektif dan efisien untuk melumpuhkan musuh-musuh yang mengincar kekuasaanya. Inilah yang dilakukan Firaun terhadap lawan-lawan politiknya guna mempertahankan kekuasaannya.

Ia mengadu domba antarsuku, antarbangsa, antarorang yang memiliki pengaruh, dan antargolongan. Ketika lawan-lawan politiknya saling bertikai, ketika itu pulalah ia semakin memperkokoh cengkeraman kekuasaannya.

Ketiga, Penindasan segolongan dari mereka. Bani Israil merupakan golongan yang dibenci serta ditindas oleh Firaun. Penindasan bisa terjadi karena kekhawatiran bahwa kaum tersebut memiliki potensi untuk merebut atau menghancurkan kekuasaannya.

Keempat, penyembelihan anak laki-laki dan pembiaran hidup anak perempuan. Ibnu Katsir mengemukakan bahwa kebijakan ini dilakukan oleh Firaun karena ia bermimpi yang ditakwilkan bahwa ada seorang anak laki-laki yang dilahirkan di negerinya, yang dapat menghancurkan kekuasaannya.

Firaun telah tiada pada zaman ini, tetapi Firaunisme tetap ada dan hidup pada zaman sekarang bahkan hingga akhir zaman. Firaunisme dapat berbentuk institusi, organisasi, dan negara.

Negara kafir itu membasmi habis embrio umat Islam dan membiarkan hidup embrio umat Yahudi. Dahulu Afghanistan, sekarang Irak, mungkin nanti Suriah, Iran, dan negeri Islam lainnya. Sejarah senantiasa berulang.

Maka renungkanlah wahai umat Islam, bahwa Firaunisme begitu besar dan mengangkangi negeri-negeri kaum Muslimin sampai hari ini. Namun, kekuatan Firaun dapat dikalahkan oleh seorang Nabi Musa AS dengan kekuatan ajaran Allah SWT. Bangkitlah wahai umat! Republika Online

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidakan akan pernah kami publish Kolom yang wajib diisi ditandai *